Monday 22 December 2025 - 12:03
Hikmah Nahjul Balaghah | Solusi Penting Agama untuk Menjauhi Sikap Berlebihan dan Meremehkan

Hawzah / Sikap berlebihan (ifraṭ) dan meremehkan (tafriṭ) dapat menjauhkan manusia dari jalan petunjuk. Sebab, batas keseimbangan itulah shiratul mustaqim (jalan yang lurus), jalan yang setiap hari kita mohonkan kepada Allah Swt. sebanyak sepuluh kali dalam shalat-shalat wajib kita. Hal yang lebih patut direnungkan adalah bahwa menurut Al-Qur’an, shirāṭ yang lurus adalah jalan tempat kehadiran dan ridha Allah berada.

Berita Hawzah– Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ‘alaihissalam dalam Nahjul Balaghah bersabda:

¹{لَا [یُرَی الْجَاهِلُ] تَرَی الْجَاهِلَ إِلَّا مُفْرِطاً أَوْ مُفَرِّطاً] }

“Orang jahil tak akan terlihat kecuali pada salah satu kutub ekstrem (berkekurangan atau berlebihan).”


Penjelasan:

Sesungguhnya, faktor utama yang menyeret manusia ke dalam jurang berlebihan (ifraṭ) dan meremehkan (tafriṭ) adalah kebodohan dan ketidaktahuan. Kebodohan inilah yang mengeluarkan manusia dari posisi keseimbangan (i‘tidāl) dan memisahkannya dari jalan kebenaran.

Hal yang patut direnungkan adalah bahwa sikap berlebihan dan meremehkan dapat menjauhkan manusia dari jalan petunjuk, karena batas keseimbangan itu sendiri adalah shirāṭ yang lurus, jalan yang setiap hari—sebanyak sepuluh kali dalam shalat-shalat wajib—kita mohonkan kepada Allah Swt. Yang lebih mendalam lagi, Al-Qur’an menegaskan bahwa shiratul mustaqim (jalan yang lurus) adalah jalan tempat kehadiran Allah Swt berada². Oleh karena itu, berlebihan dan meremehkan pada hakikatnya berarti berpisah dari Allah Swt.

Adapun solusi penting agama untuk menjauhi sikap berlebihan dan meremehkan, serta untuk tetap berada di atas shiratul mustaqim (jalan yang lurus) dan dalam koridor keseimbangan, adalah mengikuti dan menaati Wali Allah (pemimpin ilahi).

Imam Ja‘far As-Shadiq 'alaihissalam bersabda mengenai tugas dan kedudukan penting para Imam Makshum 'alaihimussalam:

³{إِنَّ اَلْأَرْضَ لاَ تَخْلُو إِلاَّ وَ فِیهَا إِمَامٌ کَیْمَا إِنْ زَادَ اَلْمُؤْمِنُونَ شَیْئاً رَدَّهُمْ وَ إِنْ نَقَصُوا شَیْئاً أَتَمَّهُ لَهُمْ}

“Sesungguhnya bumi ini tidak pernah kosong dari seorang Imam. Apabila orang-orang beriman menambahkan sesuatu (dalam agama), ia akan mengembalikannya, dan apabila mereka menguranginya, ia akan menyempurnakannya bagi mereka.”

Dengan menggabungkan pemahaman dari berbagai uraian ini, akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk memahami sabda Rasulullah Saw: «من مات ولم یعرف امام زمانه مات میته جاهلیه», "Barang siapa yang mati dalam keadaan tidak mengenal Imam zamannya, maka ia mati dalam keadaan mati jahiliyah.” Karena jauh atau terputusnya hubungan dengan seorang Imam berarti tenggelam dalam kebodohan (jahiliyah), dan akibat dari kebodohan itu adalah terpisah dari shiratul mustaqim (jalan yang lurus) dan dari batas keseimbangan dalam kehidupan. Dengan kata lain, pengenalan dan keterhubungan dengan Imam zamannya adalah garansi agar seorang mukmin tetap berada di atas jalan kebenaran, jauh dari penyimpangan, dan senantiasa menjaga keseimbangan dalam iman dan amal.

Catatan Kaki:

1. Hikmah ke- 70 Nahjul Balaghah.
2. (إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ صِرَٰطࣲ مُّسۡتَقِيمࣲ), "Sesungguhnya Tuhanku berada di jalan yang lurus." (QS. Hud: 56)
3. Al-Kafi, jilid 1, halaman 178.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha